Dari sabun mandi hingga kopi pagi
Suatu hari anda
berjalan ke sebuah supermarket, anda menemukan bermacam barang yang dijual,
tersusun dengan rapih. Anda dan pengunjung lain dimanjakan dengan informasi
yang mudah diakses. Disana terdapat tulisan besar yang memberikan informasi
kepada calon pembeli tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hal yang
tertulis pada tulisan besar tersbut. Jika anda menuju pada tulisan besar
tentang “Alat Rumah Tangga”, lalu akan
ditemukan di dalam rak-rak (slot) berbagai macam barang keperluan rumah tangga
yang terkelompok secara rapi ke dalam berbagai entitas barang dan atribut
harga.
Ambil contoh misalnya
alat rumah tangga dengan entitas
“sabun”, pada rak sabun tersebut akan ditemui berbagai jenis sabun, sabun
mandi, sabun cuci dan seterusnya. Pada
setiap kelompok sabun tersebut dikelompokkan kembali berdasarkan produsennya,
dan dari kelompok produsen dikelompokkan lagi ke dalam kelompok harga, begitu
seterusnya sampai kelompok terkecil yang mungkin dibentuk.
Begitulah Informasi, ia
tersusun dari data-data. Mirriam
webster.com[1]
(kamus berbahasa inggeris secara online) menjelaskan bahwa informasi
adalah 1. Pengetahuan yang diperoleh
melalui investigasi, studi, atau instruksi,
2.Intelligensia, dan berita, 3. Fakta dan data. Jadi tulisan besar yang
terpampang di supermarket yang menunjukkan fakta dan data tentang tulisan
tersebut disebut informasi. Informasi tentang sabun.
Baik, anda kemudian
mengambil beberapa buah sabun yang diperlukan dari slot yang tersedia, masukkan
ke dalam keranjang belanja, kemudian anda menuju kasir. Tak perlu dibahas
tentang antrian karena antrian sudah pasti menganut paham FIFO (firts in first out). Mungkin akan
dibicarakan pada saat yang lain. Kembali, setelah sampai di meja kasir,
biasanya sang kasir akan bertanya apakah anda memiliki member card?
Sejenak ingatan kita
dibawa saat membuat member card,
gratis, dan hanya menyerahkan foto kopi identitas diri (KTP, SIM, atau
sejenisnya) dan dilayani oleh senyuman seorang pramuniaga yang cantik. Ketika
KTP diserahkan padanya, maka data pribadi anda telah diserahkan, sebagai
imbalannya nanti akan mendapat bermacam bonus yang sepertinya menarik dan
menyenangkan.
Member
card
bukan hanya di supermarket, di dunia bisnis layanan publik umumnya menyediakan
atau menganjurkan pelanggannya untuk membuat member card.Dari member card,
terhimpun data pelanggan yang berasal dari bermacam hal, dan ketika terjadi
transaksi (seperti tatkala mambayar sabun), maka akan terjadi banyak korelatifitas yang dapat digali (mining
data) antara pelanggan dan yang dilanggani. Berapa frekwensi pembelian sabun
dalam satu bulan, triwulan, semester dan dalam setahun. Dalam frekwensi belanja
sabun tersebut akan digali lagi jenis sabun apa yang sering dibeli,
perbandingan antara tiap item sabun yang dibeli pada periode tertentu untuk
mengetahui prioritas pelanggan dalam membeli sabun, dan lain-lain.
Dalam skala yang lebih
luas, akan diperoleh informasi bisnis intelligen tentang perilaku pelanggan
sebuah supermarket, trend belanja
mingguan, bulanan dan even-even tahunan seperti hari-hari besar. Dari trend yang diperoleh, manajer
supermarket mendapatkan data yang dapat ditawarkan: 1. Kepada para pemegang
saham, manajer dapat menawarkan bahwa ia memiliki pelanggan tetap yang besar
dengan tingkat belanja yang memadai. 2. Kepada perusahaan-perusahaan lain,
dapat menyewakan ruangan untuk melakukan kegiatan – kegiatan promosi pada
even-even tertentu. 3. Dapat lebih cepat memprediksi waktu break event time, merencanakan keuntungan dan bonus untuk
pelanggan dan karyawan.
Perusahaan supermarket
mendapatkan banyak keuntungan finansial
dan non finansial yang dapat
dieksplorasi lebih dalam lagi. Semua berasal dari member card yang gratis, dan anda
mendapat penghargaan berupa discount sekitar 20% (mungkin setelah diadakan rekayasa
harga barang). Senada dengan member card di supermarket, pelanggan
dapat menjual rutinitas penerbangannya misalnya. Kita ambil contoh, Garuda Indonesa menawarkan
4 (empat) jenis kartu keanggotaan, yang disebut Garuda Frequent Flyer (GFF), GFF Blue, GFF Silver, GFF Gold dan GFF
Titanium[2].
Cathay Pacific dengan Marcopolo Membershipnya menawarkan empat
model membership, Green, Silver, Gold dan
Diamond, dengan bermacam bonus yang bakal diterima yang semuanya mewah pada
kelasnya masing-masing. Rutinitas penerbangan menjadi lebih menguntungkan?.
Well
(baiklah), pemilik mamber card dan
pemilik usaha, “merasa” diuntungkan. Tapi dimanakah sebenarnya sumber
keuntungan itu berasal? Data. Anda
menjual data diri dengan imbalan bonus berupa diskon atau fasilitas lebih baik
(mewah) yang bakal diterima dari perusahaan. Murah kan? Perusahaan kemudian
dapat “menjual” data pelanggannya kepada pemilik modal (investor) untuk
mendapatkan suntikan dana segar, dapat melakukan forecasting secara lebih akurat dan akuntabel (keuntungan yang bersifat
intangible). Lebih dari itu secara illegal mungkin data anda dapat “bocor”
ke beberapa perusahaan iklan yang menjanjikan promosi murah melalui pesan
singkat di handphone atau email (yang ini kadang mengesalkan).
Jadi data yang anda
berikan pada customer service cantik
itu sangat mahal nilainya. Data adalah asset berharga. Informasi usaha yang
mengalir dan menghidupkan sebuah perusahaan, keputusan-keputusan penting dalam manajemen,
yang dapat saja mengakibatkan pembiayaan sampai dengan milyaran atau lebih, atau keputusan-keputusan yang
menyangkut kehidupan ribuan karyawannya, atau keputusan-keputusan yang berhubungan
dengan pelayanan pelanggan. Semua berasal dari data.
Dalam perspektif
informasi data adalah informasi yang masih mentah atau tidak terorganisir
(seperti huruf, angka atau simbol), yang merujuk atau mewakili suatu ide,
kondisi, atau benda. Data tak terbatas, ia ada di mana-mana di alam semesta.
Dalam perspektif komputer data adalah simbol atau sinyal yang diimput, disimpan
dan diproses, sehingga menghasilkan sesuatu informasi yang dapat digunakan[3].
Lebih dari itu data
adalah performance, ia menunjukkan
tentang tampilan sebuah sosok yang sesungguhnya. Data juga adalah capaian,
sebuah prestasi yang dicapai oleh suatu aktivitas, prestasi positive yang
membuat senyum semua orang, atau prestasi negatif yang memurungkan muka banyak
orang. Data adalah zat yang merepresentasikan eksistensi sebuah benda atau
tubuh. Jika data tersedia dengan rapih, tertata, terkelola, terberdayakan, maka
body yang ditampakkan pasti keren
abis.
Dengan demikian data
ialah ruh (tetapi apakah ruh adalah data?), yang menggerakkan kehidupan
moderen.
Dalam sebuah
laporannya, Sathyanarayanan Palaniappan,
seorang direktur konsultasi pada Cognizant Business Consulting’s Banking and
Financial Services Practice, menyebutkan bahwa Northen Trust (perusahaan penjaminan keuangan) telah menyediakan
sampai dengan $ 1,7 milyar selama tiga tahun terakhir untuk mendukung deliveri
informasi dalam bidang pelayanan aset dan manajemen aset. State Street sedang mempersiapkan bisnis
baru pada solusi informasi yang disebut Global
Exchange, yang akan fokus pada memberikan analisis data dan solusi kepada
klien pada tahun 2014. Mereka terlibat dengan klien dalam membahas kemungkinan
kasus penggunaan sampai November 2013. State
Street menghabiskan $ 80.000.000 per tahun[4].
Dalam sebuah artikel online tentang Big Data, Kate Incontrera, pada tanggal 16 Pebruari 2015,
memposting sebuah artikel yang berjudul:” Big
Data Investments: Opportunities Behind the Buzz”,
ia mengutip ucapan yang disampaikan oleh Juan Enriquez direktur manajer Exel Medic Ventures, dalam sebuah video[5];
“Kemajuan
terbesar dari kehidupan kita adalah evolusi bagaimana kita berkomunikasi
...mulanya dari berbicara dalam bahasa ABC, menjadi bahasa 1 dan 0*)”
Seorang teman memahami
bahwa data sangat penting ketika sedang menjalankan sebuah program aplikasi karena pada saat itu data diinput,
diproses dan menjadi keluaran. Dari data yang dimasukkan kemudian disimpan lalu
keluarlah printout sebuah struck belanja. Sehingga ia berseloroh untuk apa
perlu biaya besar untuk sebuah proses yang hanya menghasilkan sejenis struk
belanja, bahkan struk itu acapkali dibuang orang ketempat sampah.
Pendapat seperti ini
patut mendapat apresiasi. Ada loncatan pemahaman dari sekedar menganggap
aplikasi sebagai kalkulator besar kepada proses penyimpanan. Ada loncatan
kedewasaan dalam memahami pentingnya data dalam informasi meski tetap masih
belum dewasa.
Proses manajemen memang
menarik, para ahli bidang manajemen sepakat bahwa manajerial adalah skill and
art. Penggunaan keahlian dan seni tidak dapat di plot dengan jelas, sehingga
tak ada seorang manajerpun yang dapat mengatakan bahwa skill hanya untuk
manajemen A, dan seni untuk manajemen selain A. Keduanya berstimulasi secara
bergantian, saling melengkapi dan saling mendukung secara intuitif.
Bertahun-tahun pendapat ini tak terbantahkan dan semuanya baik-baik saja.
Ini memang wilayah
penelitian yang sangat menantang, idiom manajemen adalah gabungan antara
keahlian dan seni sudah menjadi postulat yang hampir absolutely right.
Tantangan terletak pada pembuktian bahwa dengan data yang akurat keahlian dan
seni menjadi lebih terbantu jauh lebih baik, efisien dan efektif.
Daniel Katz,
mengelompokkan skill dalam manajemen ke dalam tiga hal[6],
1. Conceptual Skill (Keahlian
Konseptual), memungkinkan seorang manajer untuk memvisualisasikan seluruh
organisasi dan bekerja dengan ide-ide dan menghubungkan antara banyak konsep
yang bersifat abstrak. 2. Human Skill
(kemampuan berkemanusiaan) atau sering juga disebut human realtion skill yaitu keahlian yang memerlukan komunikasi dan
perhatian untuk membangun hubungan dengan orang lain. 3. Technical Skill (Keahlian teknik), kemampuan untuk dapat
melaksaakan pekerjaan dengan benar, yaitu kemampuan teknis, kemampuan prektek,
penggunaan peralatan dan proses pekerjaan yang dibutuhkan oleh karyawan di
garis depan di wilayah fungsional manajer. Sedangkan sebagai seni Mary
Perker-Follet, menganggap manajerial adalah seni mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan.
Peran data dalam
menajemen seperti yang dikemukakan di paragraf sebelumnya jelas berada diluar
area keilmuan manajemen, data merupakan tool yang akan digunakan ketika sang
manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajerialnya. Artinya penggunaan data
sebagai alat bantu manajemen bergantung sang manajer, subyektif. Maka jika
orang yang berkata bahwa ia dapat menjalankan bisnisnya tanpa seperti uraian di
atas, orang tersebut benar.
Dalam skala yang kecil
data menjadi tidak nampak, namun tetap mengalir dan diperlukan. Bahkan seorang
penjual mie dipinggir jalan akan melakukan analisa “ringan” atas prestasi
penjualannya selama periode tertentu, sebelum ia mengambil langkah misalnya untuk
pindah tempat atau pindah usaha, menambah komposisi bumbu dapurnya untuk
meningkatkan citarasa mie jualannya. Meskipun data yang ia gunakan tidak di
collect dan dikomputasi dengan bantuan teknologi informasi.
Tukang mie dipinggir
jalan tadi, merupakan titik terendah dan perusahaan berskala enterprise adalah
titik optimal penggunaan data dalam manajemen. Skalabilitas penggunaan data
akan memberi pengaruh terhadap pandangan dan keputusan investasi bidang
teknologi informasi. Semakin besar data yang menghidupi sebuah perusahaan
semakin besar investasi yang harus ditanamkan untuk teknologi informasi. Namun tak
dapat dibalik, bahwa semakin besar investasi teknologi informasi maka semakin
besar data yang mengalir.
Skalabilitas penggunaan
data dan investasi TI, merupakan
persoalan paradigma ketika seseorang mengadopsi teknologi informasi. Persoalan ini
tak ubahnya ketika membeli sabun di supermarket tadi. Anda dapat saja membeli
semua jenis sabun dari berbagai merek lalu sehingga nampak bahwa anda setiap
hari memakai sabun. Anda dapat saja membeli semua sabun sebanyak uang yang anda
miliki, tapi hal itu tidak otomatis mengubah anda menjadi wangi.
Sekalipun kita minum
kopi setiap hari tidak akan mengubah kita menjadi hitam.....
[1] http://www.merriam-webster.com/dictionary/information
[2]
http://garudaku.blogspot.com/2013/08/keuntungan-menjadi-member-gff-garuda.html
[3] http://www.businessdictionary.com/definition/data.html
[4] The
Economic Value of Data: A New Revenue Stream for Global Custodians, Cognizant
20-20 Insights november 2013
*)catatan: 1 dan 0
adalah menunjuk bilangan biner yang merupakan bentuk enkripsi atau enkapsulasi
data yang dihubungkan dalam media tranciever alat komunikasi elektronik.
[6] http://study.com/academy/lesson/what-are-conceptual-skills-in-management-definition-lesson-quiz.html